12 Seni Tradisi Islam di Nusantara

Aneka Tradisi Islam di Tanah Air

Banyak normalitas Islam di nusantara yang tersebar sampai ke seluruh pelosok Indonesia. Sebab, pendekatan awal Islam di Indonesia beriringan bersama normalitas yang tersedia supaya mampu lebih di terima oleh masyarakat secara contoh kesenian islam luas. Ad-Dhuha Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Budaya Islam mencatat bahwa normalitas Islam di nusantara merupakan jejak peninggalan para wali yang mampu mengakulturasikan normalitas sebelumnya.

Yuk, kenali seluk-beluk normalitas Islam seiring perayaan Pekan Kebudayaan Nasional, Moms!

Tradisi adalah normalitas atau tradisi istiadat yang dilakukan turun-temurun oleh masyarakat. Sebelum Islam datang, masyarakat seni rupa islam di Indonesia udah mengenal berbagai kepercayaan dan punya beragam normalitas lokal. Hadirnya Islam ikut berbaur bersama normalitas selanjutnya sampai tercipta sebagian normalitas Islam di nusantara.

Hal ini digunakan sebagai metode dakwah para ulama zaman itu bersama tidak memusnahkan secara total normalitas yang udah tersedia di masyarakat. Seni budaya, adat, dan normalitas yang berlandaskan Islam tumbuh serta contoh seni budaya islam berkembang di nusantara yang amat berfungsi bagi penyebaran Islam di nusantara. Para ulama dan wali terhadap zaman dahulu pasti udah memperhitungkan tradisi-tradisi selanjutnya bersama amat matang, baik berasal dari faktor mudarat, mafsadat maupun halal-haramnya.

Banyak sekali normalitas Islam contoh seni budaya islam di nusantara yang berkembang sampai saat ini. Semuanya mencerminkan kekhasan area atau area masing-masing.

Berikut ini adalah sebagian normalitas Islam di Nusantara yang kudu diketahui:

1. Tradisi Halal Bihalal

Tradisi Islam di nusantara yang pertama adalah halal bihalal. Halal bihalal dilakukan terhadap Bulan Syawal yang berupa acara saling bermaaf-maafan. Setelah umat Islam selesai puasa Ramadan sebulan penuh, maka dosa-dosanya udah diampuni oleh Allah SWT. Namun, dosa kepada sesama manusia belum dapat diampuni jika belum mendapat kehalalan atau dimaafkan oleh orang tersebut.

Oleh karena itu, normalitas halal bihalal dilakukan didalam rangka saling memaafkan atas dosa dan kekeliruan yang dulu dilakukan supaya kembali kepada fitrah (kesucian). Tujuan halal bihalal selain saling bermaafan adalah untuk menjalin tali silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan. Halal bihalal sebagai sebuah normalitas Islam di nusantara lahir berasal dari sebuah sistem sejarah.

Ini dibuat untuk membangun hubungan yang seirama (silaturahmi) antar umat untuk berkumpul, saling berinteraksi dan saling bertukar informasi.

2. Tradisi Kupatan (Bakdo Kupat)

Di Pulau Jawa terkandung normalitas Kupatan, yang lebih-lebih udah berkembang sampai ke daerah-daerah lain. Tradisi membuat kupat ini umumnya dilakukan seminggu sesudah hari raya Idulfitri. Biasanya, masyarakat dapat berkumpul di suatu area seperti musala dan masjid untuk mengadakan selamatan bersama hidangan yang didominasi kupat (ketupat).

Kupat merupakan makanan yang terbuat berasal dari beras dan dibungkus anyaman (longsong) berasal dari janur kuning atau daun kelapa yang tetap muda. Sampai saat ini ketupat menjadi maskot Hari Raya Idulfitri karena sebagai makanan khas Lebaran. Oleh para Wali, normalitas membuat kupat itu dijadikan sebagai fasilitas untuk syiar agama.

Oleh sebagian besar masyarakat, kupat termasuk menjadi singkatan atau di-jarwo dhosok-kan menjadi alur kata yang sesuai bersama momennya yakni Lebaran. Kupat adalah singkatan berasal dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi lambang untuk saling memaafkan. Membuat makanan ini menjadi normalitas Islam di nusantara.

3. Tradisi Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta

Tradisi Sekaten dilakukan setiap tahun di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilestarikan sebagai wujud mengenang jasa-jasa para Walisongo yang udah berhasil menyebarkan Islam di tanah Jawa. Peringatan yang lazim dinamai Maulid Nabi itu oleh para wali disebut Sekaten, yang berasal berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat Syahadat). Tradisi ini sebagai fasilitas penyebaran agama Islam yang terhadap awalannya dilakukan oleh Sunan Bonang.

Dahulu, setiap Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi bersama lagu-lagu yang memuat ajaran agama Islam. Serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi bersama membaca syahadatain. Jadi, Sekaten diselenggarakan untuk melestarikan normalitas para wali didalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

4. Tradisi Grebeg di Jawa

Grebeg termasuk termasuk didalam normalitas Islam di nusantara. Tradisi Grebeg adalah untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebeg pertama kali diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1. Grebeg dilakukan saat Sultan punya hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya.

Grebeg di Yogyakarta diselenggarakan 3 tahun sekali yakni saat Bulan Syawal, Dzulhijjah, dan Rabiul Awwal. Pertama, Grebeg Pasa-Syawal diselenggarakan setiap tanggal 1 Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan Ramadan dan Lailatul Qadr. Kedua, Grebeg Besar, diselenggarakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban.

Ketiga, Grebeg Maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta Grebeg adalah kota Solo, Cirebon dan Demak.

5. Tradisi Grebeg Besar di Demak

Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang setiap tahun dilakukan di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Tradisi ini dilakukan terhadap tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan bersama datangnya Hari Raya Iduladha atau Idul Kurban. Tradisi ini lumayan menarik karena Demak merupakan pusat perjuangan Walisongo didalam dakwah. Pada awalannya Grebeg Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah tahun 1428 Caka dan bertujuan sekaligus untuk memperingati genap 40 hari peresmian penyempurnaan Masjid Agung Demak.

6. Sesaji Rewanda di Semarang

Seaji Rewanda termasuk termasuk didalam normalitas Islam di nusantara. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Serta, sebagai mengenang napak tilas perjuangan Sunan Kalijaga untuk membangun Masjid Demak. Tradisi bulan Syawal di Indonesia ini umumnya diselenggarakan terhadap hari ketiga sesudah Idulfitri.

Warga dapat mempunyai gunungan yang memuat sego kethek (nasi monyet), buah-buahan, hasil bumi, lepet, dan ketupat berasal dari Kampung Kandri ke Goa Kreo. Replika kayu jati tiang Masjid Demak termasuk dapat diarak didalam acara ini. Ratusan penari dan pemusik tradisional pun dapat memeriahkan acara.

7. Njimbungan di Klaten

Tradisi Islam di nusantara terhadap bulan Syawal di Indonesia seterusnya tersedia di area Klaten. Para warga lebih mengenal acara ini sebagai acara Njimbungan. Njimbrungan yakni berupa arak-arakan gunungan ketupat dan hasil bumi di Bukit Sidoguro, Krakitan Bayat, Klaten. Nantinya, gunungan ketupat dan hasil bumi ini dapat dibagikan ke seluruh peserta yang ikuti acara ini.

Walaupun terlihat ricuh saat prosesi pembagian ini, memang ritual ini selamanya berjalan bersama aman. Tradisi Islam di nusantara ini peninggalan Keraton Surakarta yang digelar enam hari sesudah Lebaran.

8. Grebeg Syawal Yogyakarta

Grebeg Syawal Yogyakarta dilakukan terhadap hari pertama bulan Syawal tepatnya saat Lebaran berjalan atau sesudah salat Id.Tradisi ini merupakan wujud kedermawanan sultan kepada rakyat Yogyakarta. Pada Grebeg Syawal ini, gunungan hasil bumi dapat diarak berasal dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Agung Kauman.

Baca Juga : Jenis-Jenis Seni Fotografi dan Penjelasannya yang Perlu Diketahui

Setelah itu, gunungan selanjutnya dapat menjadi rebutan warga. Mereka percaya, aneka hasil bumi di gunungan selanjutnya mampu mempunyai keberuntungan karena udah didoakan saat ritual berlangsung.

9. Syawalan Pekalongan

Berbeda bersama yang area lain yang sedia kan gunungan hasil bumi, area Pekalongan justru menghadirkan lopis raksasa. Tradisi bernama Syawalan ini dilakukan di area Krapyak. Alasan dipilihnya lopis adalah karena makanan berbahan beras ketan ini mampu menjadi lambang persatuan yang erat. Nantinya, lopis selanjutnya dapat dipotong-potong untuk kemudian dibagikan ke seluruh warga Pekalongan.

10. Tradisi Tabuik

Tradisi Tabuik adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib.Keduanya merupakan cucu Nabi Muhammad SAW yang udah gugur didalam peperangan di Karbala, Irak terhadap tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). Kata Tabuik berasal dari bhs Arab punya makna kotak kayu atau peti kematian. Awalnya, normalitas Islam di nusantara ini pertama kali dirayakan terhadap tahun 1685. Upacara ini dilakukan berasal dari 1 sampai 10 Muharram setiap tahunnya.

11. Tradisi Rabu Kasan

Adat istiadat lainnya yang termasuk tetap dirayakan adalah normalitas Rabu Kasan yang dirayakan tepatnya hari rabu terakhir di bulan Safar. Hal ini sesuai bersama namanya, yakni Rabu Kasan berasal berasal dari kata Rabu Pungkasan (terakhir). Upacara Rabu Kasan awalannya dirayakan di Bangka, namun seiring zaman termasuk dilakukan di Bogor sampai Gresik.

Perayaan yang bertujuan untuk menghendaki bantuan terhadap Allah SWT, tak lain supaya terhindar berasal dari segala musibah dan bencana. Di Kabupaten Bangka, normalitas ini dipusatkan di desa Air Anyer, Kecamatan Merawang. Perayaan dapat dilakukan pukul 7 pagi yang diramaikan para masyarakat setempat mempunyai makanan dan ketupat tolak bala.

12. Acara Dugderan di Semarang

Tradisi Dugderan adalah normalitas khas yang dilakukan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Tak seperti perayaan budaya sebelumnya, normalitas ini dilakukan untuk menyongsong datangnya bulan puasa. Dugderan umumnya di awali bersama pemberangkatan peserta karnaval berasal dari Balaikota Semarang.

Ritual budaya ini dapat dilakukan sesudah salat Asar bersama di awali rapat mutlak untuk pilih awal bulan Ramadan setiap tahunnya. Nantinya, hasil berasal dari rapat selanjutnya dapat diserahkan kepada Kanjeng Gubernur Jawa Tengah untuk diumumkan secara resmi. Sebagai negara kepulauan yang punya banyak suku, etnis, dan kepercayaan, tidak heran bahwa Indonesia punya beragam tradisi.

Beberapa normalitas Islam di Nusantara selanjutnya tetap tersedia sampai kini dan dilestarikan termasuk oleh masyarakat sebagai anggota berasal dari kebudayaan.

error: Content is protected !!