Sejarah Singkat
Tari tradisional dari Sumatera Utara ini diperkirakan sudah tersedia sejak zaman Batak purba. Akan tetapi, pakar tari tor tor mengatakan pola lantai tari tor tor jikalau tarian ini tersedia terhadap sekitaran abad ke-13. Pada kala itu, tarian ini ditunaikan sebagai tari persembahan untuk roh leluruh.
Berdasarkan buku Agama Hindu yang ditulis oleh Ida Bagus Sudirga dkk, dikatakan bahwa tari tor tor adalah salah satu peninggalan properti tari tor tor zaman Hindu di wilayah Sumatera. Oleh gara-gara itu, usia dari tarian ini sudah lumayan tua gara-gara sudah tersedia sejak lama.
Awalnya, tarian ini hanya berada di kawasan Toba, Samosir, dan beberapa wilayah Humbang. Namun, sehabis menyebarnya agama gerakan tari tor tor Kristen di kota Silindung, tarian ini selanjutnya dikenal sebagai tarian moderen yang merupakan hasil dari kebudayaan suku Batak.
Menurut Togarma Naibaho, seorang praktisi dan pencinta budaya tari tor tor, dulunya tarian ini digunakan untuk upacara panen, penyembuhan, kematian, serta pesta atau hiburan anak muda. Namun sebelum saat laksanakan tarian itu, kudu melalui ritual tertentu.
Meski demikian, hingga kini belum tersedia literatur ilmiah yang mengatakan dengan tentu histori tari tor tor ini. Akan tetapi, tersedia catatan dari zaman kolonial yang menggambarkan perjalanan tari tor tor.
Pada jaman penjajahan, tarian ini jadi kesenian yang menghibur para raja yang juga merupakan bentuk perlawanan kepada tentara Belanda. Raja-raja itu pakai bunyi dari tari tor tor sebagai sebuah tanda untuk masyarakat.
Sebagai Sebuah Pertanda
Salah satu contohnya adalah ketika tersedia bunyi yang ditabuh, maka itu berarti tentara Belanda sudah tiba. Sedangkan, jikalau tersedia bunyi gordang maka penduduk kudu langsung mengungsi.
Walaupun tor tor merupakan tarian tradisional Indonesia, tetapi ternyata tarian ini mendapat efek dari budaya India. Bahkan, jikalau ditelusuri lebih jauh, tarian ini mengenai dengan budaya Babilonia.
Pada jaman itu, di dalam praktiknya tarian tor tor melibatkan beberapa patung yang terbuat dari batu. Patung selanjutnya kemudian di yakin sudah dimasuki roh supaya patung selanjutnya dapat ‘menari’.
Akan tetapi, tarian tor tor di tempat Pahae lebih dikenal sebagai tarian yang gembira dengan lagu berpantun yang disebut tumba. Dari sinilah kemudian tari tor tor tak lagi dikaitkan dengan roh dan unsur ghaib.
Simbol di dalam tiap tiap gerakan tarian ini juga punya makna yang mengatakan mengenai bagaimana sistem menjunjung dan menjunjung tiap tiap marga untuk membentuk sebuah hubungan yang baik.
Ragam Gerakan Tari Tor Tor
Pada dasarnya, tari tor tor ini punya gerakan yang lumayan sederhana, supaya enteng untuk dipelajari. Bahkan mungkin, bagi beberapa orang dapat langsung dapat memainkannya terhadap percobaan pertama.
Baca Juga : Komedi Monolog Atau Stand Up Komedi
Hal ini gara-gara gerakannya yang lumayan terbatas terhadap gerakan ke dua tangan yang melambai naik dan turun secara bergantian. Ada juga gerakan menghentakkan kaki cocok dengan alunan musik. Adapun type gerakan tari tor-tor, yaitu
1. Gerak Pangurdot
Gerak pangurdot adalah gerakan yang pakai semua badan sebagai pusat gerakannya. Gerakan ini bersender terhadap tumit dan telapak kaki untuk menolong badan kala tubuh bergerak ke atas dan ke bawah. Gerakan ini kudu menyesuaikan dengan hentakan dan irama dari gondang.
2. Gerak Pangeal
Gerakan ini tetap pakai telapak kaki sebagai penyangganya. Namun, gerak ini di mulai dari tubuh anggota pinggang hingga kepala saja. Caranya yakni dengan bergerak memutar atau berotasi dari kiri ke kanan terhadap anggota pinggang.
Gerakan ini juga diiringi dengan gerak jari, tangan, hingga kepala. Pada gerakan ini, dikenal sebuah istilah, pangeal ni gonting, yakni sebuah gerakan pinggang yang gemulai.
3. Gerak Pandenggal
Gerak yang satu ini punya rotasi. Penari dapat bergerak secara gemulai dengan semua anggota tubuhnya. Mulai dari lengan, telapak tangan, hingga jari tangan turut bergerak.
Cara laksanakan gerakan ini adalah dengan mengikis telapak tangan dan mengangkatnya ke atas secara perlahan. Kemudian, turunkan lagi tangannya dengan menelungkupkan telapak tangan secara perlahan. Hal ini ditunaikan untuk memberi kesan seolah tangan selanjutnya jatuh menuju pinggang secara halus dan elastis.
4. Gerak Siangkupna
Gerak siangkupna adalah sebuah gerakan yang berfokus terhadap anggota leher. Meski terdengar mudah, tetapi gerakan ini kudu seirama dengan alunan gondang dan urdot.
5. Gerak Haunanna
Gerak tari tor tor yang paling akhir adalah gerak Haunanna, yakni sebuah ekspresi yang ditampilkan oleh penari melalui wajahnya. Ekspresi ini dapat berbentuk ekspresi gembira, ekspresi suka, maupun duka cita.
Hal ini ditunaikan untuk menggambarkan kondisi atau kondisi hati penari. Ekspresi ini juga kudu seirama antar penarinya gara-gara tari tor tor merupakan tarian yang dapat berkomunikasi dengan pemirsa yang hadir.
Jenis-Jenis Tari Tor Tor Beserta Fungsinya
Secara umum, tari tor tor punya kegunaan sebagai sebuah tari tradisional yang ditampilkan terhadap sebuah acara pernikahan, penyambutan tamu istimewa, dan acara perayaan-perayaan lain. tarian ini juga sering kali diselenggarakan terhadap pengangkatan seorang raja dan juga ke di dalam anggota dari ritual yang mengenai dengan roh dan spiritual lain.
Tarian ini punya beberapa type cocok dengan kegunaannya masing-masing. Berikut jenis-jenis tari tor tor beserta fungsinya.
1. Tari tor tor pangurason atau pembersihan
Tari tor tor pangurason juga berarti tari pembersihan. Tarian ini kebanyakan ditunaikan terhadap suatu pesta atau acara besar. Jenis tari ini bermanfaat sebagai keinginan dan pembersihan tempat acara supaya pesta dapat berjalan lancar.
Sebelum acara selanjutnya di mulai, kebanyakan penduduk dapat membersihkan tempat atau wilayah acara selanjutnya dengan pakai jeruk purut. Hal ini ditunaikan dengan harapan pesta selanjutnya berjalan lancar dan terhindar dari bahaya serta bencana.
2. Tari tor tor sipitu cawan atau tujuh cawan
Tarian yang satu ini hanya dapat dipentaskan terhadap kala ada penobatan atau pengangkatan raja Batak. Tari sipitu cawan ini mengisahkan mengenai tujuh orang putri kayangan yang turun ke bumi untuk mandi di sebuah telaga di puncak gunung Pusuk Buhit. Kemudian, terhadap kala yang bersamaan, mampir juga piso sipitu sasarung atau pisau tujuh sarun.
3. Tari tor tor tunggal panaluan
Jenis tari tor tor yang paling akhir adalah tunggal panaluan. Tarian ini kebanyakan diselenggarakan sebagai sebuah ritual yang digelar andaikan suatu tempat tertimpa musibah atau bencana.
Biasanya, tarian type ini ditunaikan oleh para dukun sebagai salah satu cara supaya mereka dapat memperoleh wejangan dan jalan nampak fungsi menanggulangi kasus yang sedang berjalan di desa tersebut. Kata tunggal panaluan sendiri disita dari nama tongkat perpaduan kesaktian Debata Natulo, yakni dewa benua atas, benua bawah, dan benua tengah.